MASYARAKAT SEBAGAI PUSAT
BELAJAR
Makalah ini disusun untuk
memenuhi Mata Kuliah Pengembangan Media dan Sumber Belajar Pendidikan Luar
Sekolah
Dosen Pengampu : Dr. H. Irwan Djumena, M.Pd/Ahmad
Fauzi, M.Pd
Disusun oleh :
Lita Indri Yanita (2221160042)
Muhammad Daud (2221160019)
Syifa
Khoiriyah (2221160068)
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pemilik segala ilmu
pengetahuan. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Masyarakat
Sebagai Pusat Belajar”. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Ahmad Fauzi, M.Pd selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah Pengembangan
Media dan Sumber Belajar PLS yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami sebagai
penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan sedikit ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan kita yang sudah ada sebelumnya dan menjadi lebih baik lagi
kedepannya. Amin.
Serang, Maret 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1
C.
Tujuan
1
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Partisipasi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
2
B.
Metode-Metode dalam Studi Masyarakat
Sebagai Pusat Belajar
3
C. Langkah-Langkah
Pemakaian Studi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
7
BAB
III
PENUTUP
a. Simpulan
9
b. Saran
9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang dibutuhkan agar
pembelajaran dapat berhasil. Komponen yang dimaksud tentunya harus mudah dan
sesuai dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Letak dan sarana prasarana
lembaga pendidikannya juga dipertimbangkan untuk mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran. Karena kenyamanan, ketenangan, dan keindahan dalam lingkungan
belajar akan menambah motifasi belajar peserta didik.
Dunia
pendidikan tentunya tidak dapat lepas dengan masyarakat, karena suatu lembaga
pendidikan pasti bertempat dalam suatu daerah atau masyarakat tertentu.
Keberadaan masyarakat tersebut sedikit banyak pasti juga mempengaruhi dalam
proses pendidikan. Masyarakat juga memerlukan peranan pendidikan dalam kehidupannya,
karena pendidika adalah sumber kemajuan bangsa dan negara. Bangsa atau negara
yang memiliki kekayaan bumi melimpah ruah dan bermutu tinggi, tetapi mutu
pendidikan di negara tersebut rendah akan mengakibatkan ke eksisan
negara tersebut akan berkurang. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini pemakalah
mencoba menguraikan tentang studi masyarakat sebagai media pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Saja Partisipasi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar?
2. Apa
Saja Metode-Metode dalam Studi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar?
3. Bagaimana
Langkah-Langkah Pemakaian Studi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar?
C.
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui Partisipasi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
2. Untuk
Mengetahui Metode-Metode dalam Studi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
3. Untuk
Mengetahui Langkah-Langkah Pemakaian Studi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Partisipasi
Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
Partisipasi
mempunyai banyak arti. Secara sederhana, partisipasi berarti masyarakat
menggunakan pelayanan secara mudah. Partisipasi dapat pula berarti bahwa
pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat terlibat dalam bentuk
penyampaian saran dan pendapat, barang, ketrampilan, bahan, dan jasa.
Masyarakat merupakan
manusia yang senantiasa berhubungan (berinteraksi) dengan manusia
lain dalam suatu kelompok (Setiadi,
2013: 5). Kehidupan masyarakat yang
selalu berubah (dinamis) merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari. Manusia
sebagai mahluk sosial selalu membutuhkan manusia
lainnya untuk memenuhi kebutuhannya, sebuah keniscayaan manusia
bisa hidup secara individual dalam lingkungannya.
Masyarakat
dapat diartikan secara sederhana sebagai sebuah kelompok yang hidup dalam
daerah yang khusus. Setiap kelompok memiliki beberapa ciri sebagai berikut; 1)
sebuah jaringan untuk saling bernagi perhatian dan keinginan, walaupun mereka
mempunyai perbedaan status sosial, peranan dan tanggung jawab, 2) simbol
bersama atau tempat bersama seperti tempat pertemuan, desa, bagian kota, atau
wilayah yang dilayani sekolah, 3) perluasan dari keluarga inti yang
memungkinkan setiap orang berkaitan keluarga dan menggunakan peran-peran
seperti dalam keluarga, misalnya kebersamaan, kekuasaan, kewenangan, dsb., 4)
anggota masyarakat ditentukan terutama melalui kelahiran dan perkawinan serta
rasa kepemilikan bersama, 5) sesuatu yang membedakan dirinya dari masyarakat
lain.
Adapun Soerjono
Soekanto (1986: 27) mengemukakan bahwa
ciri-ciri kehidupan masyarakat
adalah:
1. Manusia
yang hidup bersama-sama sekurang-kurangnya
terdiri dari dua orang individu
2. Bercampur atau
bergaul dalam waktu yang cukup
lama
3. Menyadari kehidupan mereka merupakan satu kesatuan
4. Merupakan sistem
bersama yang menimbulkan kebudayaan
sebagai akibat dari perasaan
saling terkait antara satu dengan
lainnya.
Pendidikan adalah suatu hal yang tidak
dapat ditinggalkan dalam setiap masyarakat yang berbudaya. Disadari atau tidak,
proses pendidikan sesungguhnya sudah diawali sejak seseorang mengawali
kehidupannya di dunia. Masukan pertama yang menjadi bahan pendidikan datang
dari orang-orang dan juga unsur lingkungan terdekat lainnya. Melalui
pendidikan, maka nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat dapat terpelihara
dan berkembang dari generasi ke generasi, dan dengan sendirinya juga menjadi
motor dari berkembangnya masyarakat tersebut. Pada gilirannya, semakin
berkembang dan berbudayanya suatu masyarakat akan semakin menaikkan tingkat
kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
Demikian
pentingnya pendidikan bagi masyarakat, sehingga kemudian muncul
institusi-institusi khusus yang dipersiapkan untuk menjadi tempat pendidikan
sehingga proses pendidikan dapat berlangsung dengan lebih efektif. Pendidikan
sendiri sebagai suatu ilmu berkembang menjadi semakin kompleks. Berbagai metode
dan sarana fisik dikembangkan seiring dengan semakin canggihnya teknologi.
Semua pengembangan ini secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan
biaya tertentu. Demikian juga arah perkembangan teknologi yang dilakukan,
secara jelas maupun tersamar, akan membawa serta unsur ekonomisasi yang dengan
itu diharapkan tercapai suatu hasil maksimal dengan pengeluaran yang minim.
B.
Metode-Metode
dalam Studi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
1.
Karyawisata
Karyawisata adalah suatu kunjungan ke suatu tempat di
luar kelas yang dilaksanakan sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan
akademis dan terutama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Karyawisata
adalah kegiatan pendidikan yang realistis dan berguna untuk memperoleh
pengalaman langsung.
Field-trip dapat berupa perjalanan keliling sekolah
atau ke tempat yang lebih jauh Kegiatan seperti pertandingan, atletik musik,
piknik, tidak bisa disebut field-trip. Kegiatan yang termasuk karyawisata.
Kelas dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti:
a. Mempelajari
proses sosial, berpartisipasi dalam masyarakat, ikut serta dalam kehidupan,
turut memelihara kesehatan, menikmati keindahan, dan sebagainya.
b. Mempelajari
masalah sosial, keluarga, hubungan antara kelompok, kesejahteraan orang tua,
dan sebagainya.
c. Berguna
bagi lapangan akademi, kesenian, ilmu bumi sejarah, dan sebagainya.
Kegiatan karyawisata ada umumnya didorong
oleh motivasi; mencari keterangan tentang hal tertentu, melatih sikap anak,
membangkitkan minat, mengembangkan apresiasi, menikmati pengalaman-pengalaman
baru.
Waktu lamanya berkaryawisata. Tergantung
ada tujuan dan jarak tempat yang menjadi obyek karyawisata tersebut mungkin
beberapa menit, misal melihat erosi di sekitar kelas setelah hujan. Mungkin
satu hari, dapat juga lebih lama, yang biasanya disebut field studies/study
tour atau educational field, dalam karyawisata semua anggota bekerja dan hidup
bersama. Manfaat Karyawisata antara lain:
a. Mendorong
belajar dengan mengamati sendiri benda dan memperoleh pengalaman langsung.
b. Mengadakan
pemahaman (insight) terhadap lingkungan yang terdekat.
c. Mengadakan
integrasi pengajaran di kelas, mata pelajaran terlepas dari kehidupan
masyarakat.
d. Membangkitkan
minat siswa untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu yang baru.
e. Menciptakan
kepribadian yang komplit pada guru dan siswa.
f.
Mengejakan seni hidup bersama dengan yang
lain, duduk, makan, tidur bersama-bersama.
Guru hendaknya merangsang dan mendorong
anak-anak melakukan kegiatan-kegiatan belajar dengan memberi kesempatan kepada
mereka untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya, antara lain: bertanya,
mencatat, mensketch, menggambar, membuat peta, dan sebagainya. Dan selain itu
memelihara keteraturan kelompok serta meyakinkan anak-anak bahwa mereka dapat
melihat dan mendengarkan apa-apa yang terjadi. Selanjutnya memperlihatkan
waktu, tepat waktunya pergi dan pulang.
Mengakhiri karyawisata. Selesai melakukan
kunjungan, sebelum berangkat pulang,
guru perlu memeriksa kembali anak-anak; keadaannya, perlengkapan dan terutama
memperhatikan anak yang masih kecil. Setelah tiba kembali, anak-anak perlu
berkumpul sebagai pemeriksaan terakhir dan mungkin juga guru atau panitia akan
memberikan petunjuk-petunjuk atau pengumuman-pengumuman yang perlu.
Interpretasi pengalaman. Kegiatan selanjutnya
tiap kelompok melakuka kegiatan berupa laporan kelompok. Dalam waktu mana kelas
merumuskan hasil-hasil karyawisata bersama-sama dan biasanya juga timbul
masalah-masalah yang perlu dibahas, pada pokoknya semua pengalaman ditafsirkan
yang maksudnya agar pengalaman tadi dapat menjadi milik mereka.
Dalam kegiatan ini siswa menilai hasil
kunjungan mereka dan guru menilai kemajuan belajar anak berkat karyawisata
tersebut. Masalah yang baru muncul dengan sendirinya perlu dirumuskan untuk
mencari jawaban selanjutnya dan karena itu pula kemungkinan besar
masalah-masalah tadi menjadi dasar untuk merencanakan dan melakukan trip baru
dan melakukan kegiatan belajar lainnya misalnya membaca buku. Semua hasil kunjungan ini disusun dalam
laporan kelas.[3]
2.
Survei
Masyarakat
Survei masyarakat yakni siswa mengunjungi lingkungan
seperti masyarakat setempat untuk mempelajari proses sosil, budaya, ekonomi,
kependudukan, dan lain-lain. Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui
observasi, wawancara dengan beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari
data atau dokumen yang ada, dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di
sekolahan untuk dibahas bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk
melengkapi bahan pengajaran. Pengajaran yang dapat dilakukan untuk kegiatan
survei terutama bidang studi ilmu sosial dan kemasyarakatan, seperti ekonomi,
sejarah, kependudukan, hukum, sosiologi, antropologi dan kesenian.
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 telah jelas menyatakan
mengenai apa yang merupakan visi dari negara-bangsa Indonesia. Kejelasan visi
ini perlu karena ketiadaan visi menyebabkan kesimpangsiuran dalam upaya kita
untuk mewujudkan suatu masyarakat Indonesia masa depan. Semua upaya dan semua
sektor pembangunan diarahkan kepada visi yang jelas itu. Undang-Undang Dasar
1945 menyatakan bahwa kita menginginkan masyarakat yang sejahtera secara
keseluruhan, bukan sekelompok masyarakat saja.
3.
Pengabdian
Masyarakat
Seiring dengan terjadinya perubahan drastis di dalam
tata kehidupan bangsa Indonesia, maka masyarakat ideal yang dicita-citakan
adalah masyarakat sipil, masyarakat demokratis, masyarakat yang berkualitas,
dan masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Perubahan tata
kehidupan ini menuntut perubahan-perubahan besar di dalan tata kehidupan
manusia termasuk pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan baik pemerintah maupun
swasta harus berani mengambil sikap dan wawasan bahwa mau tidak mau setiap
sekolah harus melibatkan masyarakat setempat, terutama orang tua peserta didik,
dalam pengembangan pendidikanya. Sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
diberdayakan seoptimal mungkin, baik itu sumber daya manusi maupun sumber dana
untuk pendidikan. Sekolah menjadi tanggung jawab masyarakat, sekolah yang
bekerja sendiri tanpa melibatkan masyarakat akan sulit untuk maju. Di samping
itu, lama-kelamaan sekolah akan ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap
tidak mau menyerap aspirasi dari masyarakat setempat.
Hal yang perlu direfleksikan oleh para pengelola
lembaga pendidikan khususnya para eksekutif (kepala sekolah, guru, tenaga
administrasi, dan tenaga pelaksana) adalah sekitar fokus pelayanan masyarakat.
Kalau pada masa Orde Baru mereka berorientasi kepada birokrasi sebagai alat
birokrasi, pada era otonomi daerah ini pelayanan mereka harus berfokus kepada
stakcholders (masyarakat, orang tua peserta didik dan peserta didik).
Proyek pelayanan pada masyarakat mengandung manfaat
yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat setempat. Bagi siswa merupakan
penerapan atau mencoba melakukan kegiatan sehubungan dengan kecakapan belajarnya
dalam bidang tertentu sedagkan bagi masyarakat dirasakan manfaatnya sebab
secara langsung turut memperbaiki keadaan yang menjadi garapan masyarakat itu
sendidri. Misalnya para siswa memberikan pelayanan posyandu, perbaikan
jembatan, jalan-jalan, kebersihan lingkungan, penyuluhan KB dan lain-lain.[7]
4.
Praktek
Lapangan
Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk
memperoleh ketrampilan dan kecakapan khusus. Misalnya siswa SPG diterjunkan ke
sekolah dasar untuk melatih kemampuan sebagai guru disekolah. Siswa SMEA
dikirimkan ke perusahaan untuk mempelajari dan mempraktekkan pembukuan,
akuntansi, dan lain-lain. Siswa STM
diterjunkan ke pabrik-pabrik untuk melatih kemahirannya dalam bidang-bidang
tertentu sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya. Dengan demikian praktek
lapangan berkenaan dengan ketrampilan tertentu sehingga lebih tepat untuk
sekolah-sekolah kejuruan.
5.
Nara
Sumber
Mengundang manusia sumber atau nara sumber berbeda
dengan cara yang dijelaskan sebelumnya, penggunaan nara sumber merupakan
kebalikannya. Jika pada cara sebelumnya kelas dibawa ke masyarakat, pada nara
sumber mengundang tokoh masyarakat ke sekolah untuk menjelskan mengenai
keahliannya di hadapan para siswa. Misalnya mengundang dokter atau menteri
kesehatan untuk menjelaskan berbagai penyakit, petugas Keluarga Berencana untuk
menjelaskan keluarga kecil dan lain-lain. Nara sumber yang diundang harus
relevan dengan kebutuhan belajar sehingga apa yang diberikan oleh nara sumber
dapat memperkaya materi yang diberikan guru di sekolah. Kriteria nara sumber
dilihat dari keahliannya dalam suatu bidang tertentu yang diperlukan bukan
jabatannya atau kedudukannya.Sebelum mengundang nara sumber hendaknya
dipersiapkan topik apa yang diminta untuk dibahas, siapa yang paling tepat
untuk membahasnya (nara sumber), kapan waktunya, bagaimana menghubunginya,
serta apa yang harus dilakuakan siswa pada waktunya (kegiatan belajar).
C.
Langkah-Langkah
Pemakaian Studi Masyarakat Sebagai Pusat Belajar
Ada beberapa langkah yang
harus ditempuh dalam menggunakan studi
masyarakat sebagai media pendidikan, yaitu:
1. Langkah Persiapan
a. Dalam
hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa menentukan
tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa berkaitan dengan penggunaan
lingkungan sebagai media dan sumber belajar.
b. Tentukan
objek yang harus dipelajari dan dikunjungi.
c. Menentukan
cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan.
d. Guru
dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan.
e. Persiapan teknis yang diperlukan untuk
kegiatan belajar, seperti tata tertib di perjalanan dan ditempat tujuan,
perlengkapan belajar yang harus dibawa, menyusun pertanyaan yang akan diajukan
dan sebagainya.
2.
Langkah
Pelaksanaan
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di
tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan
belajar diawali dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai
permintaan yang telah disampaikan sebelumnya. Setelah informasi diberikan oleh
petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat dan mengamati objek yang
dipelajari. Berikutnya para siswa dalam kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil
belajarnya, untuk lebih melengkapi dan memahami materi yang dipelajarinya.
Akhir kunjungan dengan ucapan terima kasih kepada
petugas dan pemimpin objek tersebut. Apabila objek kunjungan sifatnya bebas dan
tak perlu ada petugas yang mendampinginya, seperti kemah, mempelajari
lingkungan sosial, dan lain-lain, para siswa langsung mempelajari objek studi
mencatat dan mengamatinya atau mengadakan wawancara dengan siapa saja yang
menguasai persoalan.
3.
Langkah
Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut- adalah kegiatan belajar di
kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap
kelompok diminta melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama.
Guru dapat diminta kesan-kesan yang diperoleh siswa
dari kegiatan belajar tersebut, di samping menyimpulkan materi yang diperoleh
dan dihubungkan dengan bahan pengajaran bidang studinya. Tugas lanjutan dari
kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah.
Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan,
penggunaan lingkungan sebagai lingkungan sebagai media dan sumber belajar
banyak manfaatnya baik dari segi motivasi belajar, aktivitas belajar siswa,
kekayaan informasi dan lain-lain. Proses pengajaran yang mengoptimalkan
lingkungan sebagai media dan sumber belajar dikenal dengan pendekatan ekologis.
BAB III
PENUTUP
a.
Simpulan
Pendidikan
adalah suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan dalam setiap masyarakat yang
berbudaya. Disadari atau tidak, proses pendidikan sesungguhnya sudah diawali
sejak seseorang mengawali kehidupannya di dunia. Masukan pertama yang menjadi
bahan pendidikan datang dari orang-orang dan juga unsur lingkungan terdekat
lainnya. Melalui pendidikan, maka nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat
dapat terpelihara dan berkembang dari generasi ke generasi, dan dengan
sendirinya juga menjadi motor dari berkembangnya masyarakat tersebut. Pada
gilirannya, semakin berkembang dan berbudayanya suatu masyarakat akan semakin
menaikkan tingkat kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
Demikian
pentingnya pendidikan bagi masyarakat, sehingga kemudian muncul
institusi-institusi khusus yang dipersiapkan untuk menjadi tempat pendidikan
sehingga proses pendidikan dapat berlangsung dengan lebih efektif. Pendidikan
sendiri sebagai suatu ilmu berkembang menjadi semakin kompleks. Berbagai metode
dan sarana fisik dikembangkan seiring dengan semakin canggihnya teknologi.
Semua pengembangan ini secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan
biaya tertentu. Demikian juga arah perkembangan teknologi yang dilakukan,
secara jelas maupun tersamar, akan membawa serta unsur ekonomisasi yang dengan
itu diharapkan tercapai suatu hasil maksimal dengan pengeluaran yang minim.
b.
Saran
Dalam pendidikan
masyarakat ditekankan untuk menyadari akan pentingnya pendidikan. Dimana
pendidikan ini ialah usaha sadar dan terencana untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan pemahaman yang luas untuk meningkatkan kualitas diri. Salah
satu sasaran dalam hal ini ialah masyarakat. Masyarakat di sini harus mampu
menguasai keterampilan serta kemampuan yang lebih dalam hal belajar.
Dibutuhkanya pemahan yang lebih dan metode belajar serta media pembelajarannya harus menarik dan
sesuai dengan keadaan masyarakat tersebut. Dalam hal ini memerlukam dukungan
dari orang-orang terdekat seperti orang tua, lingkungan serta orang terdekat
lainnya, hal ini yang nantinya akan memberikan motivasi terhadap masyarakat
akan pentingnya belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/2010/06/07/pengembangan-pusat-kegiatan-belajar-masyarakat-development-of-community-learning-center/comment-page-1/
(Diakses pada Sabtu, 22 Maret 2018 pukul 20.03 WIB)
https://media.neliti.com/media/publications/56331-ID-dinamika-masyarakat-sebagai-sumber-belaj.pdf
(Diakses pada Sabtu, 22 Maret 2018 pukul 20.18 WIB)
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111091987031001-MUSTOFA_KAMIL/Kominkan%20dan%20pengembangannya.pdf
(Diakses pada Sabtu, 22 Maret 2018 pukul 20.18 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar